Kesetaraan dalam Perkawinan
Pipiet Palestin Amurwani
Tulisan ini juga tayang di indonesiana.id
Perkawinan memiliki makna yang
mendalam, tidak sekedar menyatukan dua hati, dua individu ataupun hanya bermain
peran. Perkawinan menyangkut sesuatu yang luhur dalam kehidupan berumah tangga.
Dalam Islam perkawinan dilakukan dengan tujuan melaksanakan sunnah rasul,
penyempurna agama, menghindarkan manusia dari berbuat dosa zina, menguatkan
ibadah sebagai benteng kokoh akhlaq manusia, memperoleh ketenangan, dan untuk
memperoleh keturunan sebagai investasi akhirat. Sudah menjadi fitrah bahwa
manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan, maka akan
saling melengkapi, berbagi dan saling mengisi satu sama lain. Terdapat beberapa
dalil dari Al Qur’an maupun Hadist yang berkaitan dengan perkawainan.
Diantaranya dalam Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT telah berfirman, yang
artinya:"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari
jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nikmat Allah?". Dalam hadist Rasullullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda:"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara
kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih
menundukkan pandangan, lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang
tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat
membentengi dirinya." Ini menunjukkan betapa penting dan sakralnya suatu perkawinan dalam
Islam.
Dengan memahami tujuan perkawinan
maka sudah semestinya pasangan suami istri memiliki komitmen bersama bahwa
perkawinan merupakan bagian ibadah dan berusaha bersama dalam mencapai
perkawinan yang sakinah mawaddah wa rahmah. Lantas bagaimana pasangan suami istri
harus menjalani kehidupan perkawinannya? Tentu saja harus ada komunikasi yang
baik antara suami dan istri. Saling mengerti dan rela menerima kelebihan dan
kekurangan masing-masing akan menjadi modal dalam menjalani bahtera rumah
tangga.
Tak jarang terjadi perselisihan
dalam rumah tangga dikarenakan hal-hal yang sepele. Misalnya istri yang memilih
untuk tidak bekerja di luar rumah merasa sangat terbebani dengan setumpuk
pekerjaan di rumah yang harus diselesaikan sendiri tanpa asisten karena perekonomian
keluarga yang belum stabil. Padahal itu dapat dihindari apabila ada kerjasama
yang baik antara suami dan istri dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.
Akhir-akhir ini kesetaraan gender banyak digaungkan. Bahwa semua orang
harus menerima perlakuan yang setara dan tidak didiskriminasi berdasarkan
identitas gender mereka,
yang bersifat kodrati.
Secara biologis perempuan berbeda dengan laki-laki. Sebagian masyarakat
menafsirkan perbedaan ini sebagai tuntutan sosial dalam hal kepantasan perilaku
dan akhirnya juga berpengaruh pada hak-hak, sumber daya dan kuasa. Sebagai
contoh misalnya yang pantas menjadi anggota militer hanya laki-laki saja atau yang
pantas untuk menjahit hanya perempuan saja. Namun, akhir-akhir ini mulai ada
pergeseran pemikiran. Kesetaraan gender yang sering digembar-gemborkan mulai
mengubah pola pikir sebagian masyarakat kita. Pekerjaan yang awalnya hanya
didominasi oleh kaum adam kini juga dapat dilakukan oleh kaum hawa, misalnya
menjadi anggota militer, arsitek, bahkan tukang ojek online. Begitu juga hal yang biasanya hanya dilakukan oleh kaum
perempuan dan tabu dijalani oleh laki-laki kini terasa tidak aneh dilakukan
contohnya chef.
Lantas bagaimana kesetaraan dalam perkawinan? Tentu saja untuk memiliki
keluarga yang harmonis harus ada kesetaraan dalam perkawinan yang dapat
diartikan sebagai persamaan derajat antara suami dan istri. Bahwa yang
membedakan antara istri dan suami hanyalah istri bisa hamil, melahirkan dan
menyusui sementara suami tidak. Di luar itu pekerjaan yang bisa dilakukan oleh istri
juga bisa dilakukan oleh suami dan sebaliknya. Suami bisa mengganti popok,
merawat anak hingga memasak. Semua pekerjaan itu tidak harus dilakukan hanya
oleh istri namun bisa berbagi tugas dengan suami. Suami istri sama-sama
memiliki hak untuk berpendapat dan saling menghargai. Sehingga suami tidak
hanya berdaya sebagai pencari nafkah saja. Sebaliknya, istri juga tidak hanya
berkutat dengan rutinitas kegiatan di dalam rumah tangga namun juga dapat
mengaktualisasikan diri dengan kegiatan-kegiatan lainnya misalnya menambah ilmu
atau bahkan berkarir.
Hal pengasuhan anak kehadiran ibu dan ayah bagi anak-anak harus
seimbang dalam arti tidak ada yang lebih menonjol perannya dalam pertumbuhan
anak. Ayah dan ibu memiliki peran yang sama pentingnya. Bersama-sama memberikan
perhatian dan kasih sayang kepada anak-anak, menjadi teladan yang baik, memberi
motivasi, mengajarkan ilmu pada anak dan juga dapat menghibur anak serta
sama-sama bisa hadir dalam masa sulit yang dihadapi anak. Demikian juga dengan
pemenuhan kebutuhan keluarga tidak hanya dibebankan pada suami. Seorang istri
juga dapat berkontribusi dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan dalam
rumah tangga. Istri juga bisa turut menopang perekonomian keluarga. Kerjasama
yang baik antara suami dan istri akan terekam dalam benak anak dan akan menjadi
teladan bagi mereka sampai kelak mereka membina rumah tangganya sendiri.
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa sebagai manusia suami dan istri
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh sebab itu dibutuhkan keteguhan
hati dan konsistensi untuk saling melengkapi. Misalnya ibu mengajarkan
kebersihan dan kerapian sementara ayah mengajarkan disiplin dan keberanian, ibu
mengajarkan doa-doa dan ayah mengajarkan membaca dan membacakan cerita, dan
masih banyak lagi tugas-tugas dalam rumah yang bisa dikerjakan dengan cara bagi
tugas.
Dengan selalu berkomitmen pada tujuan perkawinan dan dengan kerjasama
yang baik dengan pasangan dalam kehidupan rumah tangga insyaallah kehidupan rumah tangga akan harmonis. Persoalan rumah tangga yang
merupakan suatu keniscayaan muncul dalam mengarungi bahtera rumah tangga akan mudah
dilalui. Pada akhirnya keluarga yang sakinah mawaddah wa
rahmah dapat terwujud.
Komentar
Posting Komentar