Essay: Perempuan Penggerak Perempuan Pendobrak
Oleh: Pipiet Palestin Amurwani
Tulisan ini dikirim dalam lomba menulis Aisyyah
Tulisan ini dikirim dalam lomba menulis Aisyyah
Sumber: Alif.ID
Perempuan
dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya selalu menarik untuk dikaji.
Berbicara tentang perempuan takkan lepas dari perannya dalam kehidupan
sehari-hari. Saat ini perempuan semakin menunjukkan eksistensinya dalam
berbagai bidang. Tidak hanya dalam urusan domestik rumah tangga perempuan hadir
namun dalam bidang yang biasanya hanya didominasi oleh kaum laki-laki kini juga
banyak dilakukan oleh perempuan. Jadi ketika mendengar kata perempuan, dalam
benak khalayak tidak hanya terbayang sesosok perempuan yang hanya berkutat
dalam urusan domestik rumah tangga saja tapi juga hadir kiprahya di dunia yang
digeluti. Dengan demikian, konsep gender dalam masyarakat dengan sendirinya akan
turut berubah seiring dengan kemajuan zaman dan pola berpikir masyarakatnya. Selaras
dengan pendapat Rahminawati (2001) bahwa kesetaraan gender merupakan pembagian peran antara laki-laki dan
perempuan yang diatur secara dinamis oleh manusia (masyarakat) itu sendiri dan
dari satu masyarakat ke masyarakat lain sangat mungkin terdapat suatu
perbedaan. Sementara Ki Hajar Dewantara menyatakan dalam
“Warsita” Desember 1928 (2013) bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kemampuan
yang sama untuk berkembang. Perempuan memiliki sisi yang hanya dimiliki oleh
perempuan demikian juga dengan laki-laki, sehingga apabila disatukan akan
saling melengkapi. Pandangan KH
Ahmad Dahlan diungkapkan oleh Setyowati (2011) dalam buku
“Srikandi-Srikandi ‘Aisyiyah bahwa kaum perempuan memiliki hak-hak yang sama
dengan kaum laki-laki dalam berpatisipasi memajukan
agama dan masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perempuan memiliki kekuatan tersendiri
dalam turut serta membangun negeri dan menjadi penggerak bagi kaumnya untuk
kemaslahatan umat.
Gerakan perempuan dalam memajukan bangsa sangat
kuat melekat di tubuh Nasyiatul Aisyiyah (NA). Salah satu contoh terlihat pada gerakan
nyata yang dilakukan oleh para srikadi NA ranting kecamatan Tanggul kabupaten
Jember. Tidak hanya melakukan pengajian rutin akan tetapi kegiatan-kegiatan
lain seperti menghimpun dan menyalurkan ZIS (Zakat Infaq Shodaqoh) pada yang
berhak menerima, penyembelihan hewan kurban, mengadakan lomba-lomba baik untuk
anak-anak ataupun bagi remaja putrid an ibu-ibu, mengadakan pelatihan baik
kajian umum atau agama dan mengelola AUNA (Amal Usaha Nasyiaul Aisyiyah) yang
berwujud PAUD dengan nama PAUD Dinar Nasyiyah. Program pemerintah pun tak luput
untuk menjadi ladang pahala bagi para NA seperti posyandu dan lain sebagainya. Perempuan-perempuan
tangguh dalam NA berjuang untuk agama dan bangsanya. Mereka datang dari
berbagai latar belakang keluarga, suku, pendidikan dan profesi yang berbeda
tapi memiliki satu tekat dan semangat yang sama yaitu memajukan bangsa. Tak kenal
lelah berjuang dan berbagi manfaat di sela-sela kegiatan sebagai ibu rumah
tangga bahkan ada juga yang sekaligus berprofesi di bidang yang lain. Saling
mendukung dan mengisi satu sama lain. Selalu riang gembira dalam tiap kegiatan.
Kebermanfaatan terhadap masyarakat dan bangsa seakan menjadi nafas bagi para srikandi
NA tanpa mengabaikan kewajibannya sebagai seorang anak, istri atau pun ibu.
Seperti pesan KH. Ahmad Dahlan “agar urusan dapur jangan jadi penghalang untuk
menjalankan tugas dalam menghadapi masyarakat”. Pesan itu benar-benar
terealisasi dalam langkah nyata. Tak jarang para NA membawa serta putra-putri
mereka dalam berdakwah dan beraksi sosial. Sekali dayung dua tiga pulau
terlampaui. Di saat bersamaan mereka berbuat untuk negeri secara tak langsung
mengajarkan dan melatih pula putra-putri tercinta tentang perjuangan dan
kebermanfaatan. Upaya nyata tak sekedar slogan semata. Mereka sadar bahwa
berjuang untuk agama dan bangsa sama pentingnya dengan merawat keluarga dan
mendidik anak sebagai generasi penerus. Kedua hal tersebut bagaikan dua sisi
mata uang yang tak dapat dipisahkan.
Kegigihan perempuan-perempuan NA yang tergambar pada
uraian di atas membuktikan bahwa kiprah perempuan dalam memajukan bangsa tak
dapat dipandang sebelah mata. Dengan kelembutannya perempuan mampu mendobrak pintu
kesuksesan dan membangkitkan semangat untuk bergerak maju bagi sesamanya.
Dengan kehalusan budinya perempuan mempersiapkan generasi penerus yang kuat dan
tangguh, yang tak mudah mengeluh dan putus asa serta tak mudah terlena oleh
rayuan jaman. Peran perempuan sangat nampak dan terasa dalam kehidupan
berbangsa dan bermasyarkat. Senada dengan pendapat Aida Vitalaya dalam Ahdiah
“Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat” bahwa peran merupakan aspek dinamis
dari status yang sudah terpola dan berada di sekitar hak dan kewajiban tertentu
( 2013). Dapat dikatakan bahwa perempuan dengan statusnya baik sebagai anak,
istri, ataupun ibu sadar akan hak dan kewajibannya. Hak untuk mendapat
kesempatan dalam berjuang demi kemajuan kaumnya, agama, dan juga bangsanya.
Sadar akan kewajibannya sebagai anggota keluarga untuk ikut serta menopang
keberlangsungannya secara fisik maupun moral, sebagai seorang muslimah yang
selalu siap berjuang demi agamanya dan juga sebagai warga negara yang selalu
sigap dan tanggap terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
Dari uraian di atas, tidak diragukan lagi peran
perempuan dalam menguatkan bangsa. Gerakan mereka nyata dan berdampak besar
bagi kemajuan bangsa dan negara. Di tangan perempuan-perempuan tangguh inilah muncul
generasi-generasi yang hebat. Malalui srikandi-srikandi ini muncullah
perempuan-perempaun hebat lainnya yang ikut serta menjadi promotor bagi
perempuan lainnya untuk bergerak dan berperan dalam memajukan bangsa.
Daftar Pustaka
Ahdiah, I.
(2013). Peran-Peran Perempuan dalam Masyarakat. Academia: Vol. 5 No. 2.
Rahminawati. (2001).
Isu Kesetaraan Laki-Laki dan Perempuan (Bias Gender). Mimbar: Jurnal Sosial dan Pembangunan: No. 3 Th. XVII.
Setyowati, Mu’arif.
H.N. (2011). Srikandi-Srikandi Aisyiyah.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
“Warsita” Desember 1928
Sumber: Ki Hadjar Dewantara II. (2013). Ki
Hadjar Dewantara (Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka). Yogyakarta:
Majelis Luhur Persatuan Taman Peserta didik.
Tulisan ini sangat menyemangati kaum wanita untuk menebar kebaikan, terima kasih Bu pipit
BalasHapusAlhamdulillah.. Semoga demikian utk diri sy sendiri juga
BalasHapus