Analisa Semiotika Iklan: CANTIK VERSI MAJALAH ONLINE FEMINA
Oleh: Pipiet Palestin Amurwani
Wanita tidak pernah sepi dari pemberitaan. Mulai dari gaya hidup, hobi sampai konsumerisme wanita menjadi bahan yang asyik untuk diberitakan. Fashion dan kosmetik menjadi hal yang tidak bisa lepas dari wanita. Dua hal tersebut menjadi sajian wajib di setiap media khusus wanita seperti majalah dan tabloid wanita. Majalah online Femina merupakan salah satu majalah wanita dewasa yang menyajikan berita-berita seputar wanita mulai dari hiburan, makanan, kecantikan dan fashion.
Wanita tidak pernah sepi dari pemberitaan. Mulai dari gaya hidup, hobi sampai konsumerisme wanita menjadi bahan yang asyik untuk diberitakan. Fashion dan kosmetik menjadi hal yang tidak bisa lepas dari wanita. Dua hal tersebut menjadi sajian wajib di setiap media khusus wanita seperti majalah dan tabloid wanita. Majalah online Femina merupakan salah satu majalah wanita dewasa yang menyajikan berita-berita seputar wanita mulai dari hiburan, makanan, kecantikan dan fashion.
Selain
berita-berita, terdapat juga iklan yang turut meramaikan majalah. Tentu saja
iklan-iklan tersebut memberi kontribusi terhadap majalah yang menggunakannya.
Adanya iklan-iklan itu jelas dapat memberi pengaruh pada para pembaca majalah. Bagi para pelanggan majalah, mereka akan
secara intens membaca pula iklan yang ada didalamnya. Dengan demikian, tentu
saja akan membangun konsep pemikiran tertentu tentang hal yang disajikan dalam
iklan itu. Iklan yang paling sering muncul di majalah wanita adalah iklan
kosmetik karena wanita identik dengan cantik. Wanita harus cantik merupakan
suatu konsep yang tertanam dalam pikiran wanita (Wiratmo dan Gifari, 2008). Sajian
iklan kosmetik tentu saja akan memberikan citra tentang kecantikan dan konsep
cantik pada para pembacanya.
Terdapat
beberapa penelitian yang pernah dilakukan tentang iklan kosmetik dalam media.
Diantaranya seperti yang dilakukan oleh Felicia Gunawan (2007) yang meneliti
tentang bagaimana iklan di Indonesia memberikan konsep tentang kecantikan dari
segi ekonomi politik. Penelitian itu menggunakan pendekatan ekonomi politik. Hasilnya
menunjukkan bahwa ideologi cantik telah berubah dari gendut menjadi langsing
dan itu tidak hanya bagi perempuan namun juga telah merambah pada kaum laki-laki.
Kemudian Ika Malika dan Sinta Petri Lestari (2018) meneliti tentang semiotika
dalam iklan “Fair And Lovely” Versi
Nikah Atau S2 dengan menggunakan metode
analisis semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna
denotasi Sang Ayah dan Sang Ibu yang telah menemukan jodoh yang tepat untuk
sang anak perempuannya, tetapi anak perempuannya masih mempunyai rencana untuk
melanjutkan pendidikan kejenjang S2. Makna konotasinya Sang Ayah dan Sang Ibu
lebih menginginkan anak perempuannya untuk segera menikah dibandingkan anak
perempuannya melanjutkan pendidikan kejenjang S2. Mitos pada iklan ini yaitu
gambaran yang ditampilkan pada iklan berbeda dengan pandangan pendidikan
khususnya kaum perempuan di Agama Islam, bahwa Agama Islam tidak membeda-bedakan
derajat kaum laki-laki ataupun kaum perempuan dalam bidang apapun, sedangakan
pada iklan Fair and Lovely seolah-olah menyatakan secara tidak langsung kalau
seorang perempuan harus setara dengan laki-laki dengan cara berpendidikan yang
tinggi. Corry Liana (2016) meneliti
tentang perubahan konsep cantik menurut iklan kosmetik di majalah Femina tahun
1977-1995. Liana menggunakan metode sejarah studi pustaka dalam melakukan
penelitiannya. Hasilnya bahwa konsep cantik yang ditunjukkan pada tahun itu
adalah kulit putih dan tubuh langsing bahkan pada akhir tahun 1995 majalah ini
mulai menampilkan model berkulit putih ala wanita Eropa.
Tulisan ini akan
mendeskripsikan tentang bagaimana iklan di majalah Femina memberikan citra dan
konsep cantik pada para pembacanya. Dengan demikian diharapkan para pembaca
mengetahui bahwa dalam setiap iklan pasti ada tujuan yang ingin dicapai oleh
pembuat iklan. Selain faktor komersial tentu saja ada ideologi atau konsep yang
ingin ditanamkan pada pembaca. Sehingga setelah mengetahui hal itu diharapkan
pembaca dapat lebih bijak menyikapi tiap berita atau iklan yang muncul.
Metode
yang digunakan untuk mengurai pesan tersembunyi dalam iklan produk kecantikan
yang ada di dalam majalah online Femina
adalah metode analisis semiotika Roland Barthes. Model analisis ini melihat
berdasarkan pesan yang dikandungnya yaitu pesan linguistik yang berupa semua
kata dan kalimat dalam iklan, pesan ikonik yang terkodekan yaitu konotasi yang
muncul dalam foto iklan yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem
tanda yang lebih luas dalam masyarakat; konotasi visual yang diturunkan dari
penataan elemen-elemen visual dalam iklan, pesan ikonik tak terkodekan yaitu
denotasi “harfiah” dalam foto iklan sebagai pemahaman langsung dari gambar dan
pesan dalam iklan, tanpa mempertimbangkan kode sosial yang lebih luas (Sobur,
2003). Sumber data berasal dari majalah online
Femina yang beralamat di femina.co.id yang terbit pada bulan November 2019.
Data
yang digunakan untuk mengurai konsep cantik versi majalah online Femina yaitu berupa sebuah gambar iklan kosmetik dan juga
gambar-gambar model yang digunakan dalam beberapa sesi berita di dalamnya. Gambar-gambar
tersebut dan deskripsinya adalah sebagai berikut;
Foto wajah wanita dalam iklan produk
pemutih memenuhi separuh halaman iklan. Foto tersebut merupakan pesan ikonik
yang terkodekan, yang memberi pesan konotasi bahwa wanita cantik adalah wanita
dengan kulit wajah putih, hidung mancung, mata besar dan bibir tipis yang digambarkan
dengan wajah wanita barat. Pesan ikonik tak terkodekan pada gambar iklan itu
adalah kulit putih yang memang menjadi tujuan dari iklan yaitu produk pemutih.
Di bawah gambar
terdapat tulisan Cliniva Skincare Pemutih
– Bebas Flek Hitam. Secara denotatif kata Cliniva
Skincare merupakan nama produk. Namun penggunaan kata berbahasa
Inggris skincare dapat bermakna
konotatif yang bertujuan memberi kesan elegan pada produk tersebut.
Konsep cantik yang
disajikan majalah online femina
direpresentasikan dalam iklan tersebut. Hal itu juga didukung oleh model-model
yang ditampilkan di berita bagian beauty
seperti berikut;
Keempat gambar di atas menunjukkan
wajah-wajah ras eropa dengan kulit putih, rambut pirang hidung mancung dan mata
biru atau coklat. Hal ini senada dengan pendapat Liana (2016) bahwa sejak tahun
1995 majalah Femina mulai berani menampilkan model dengan wajah khas Eropa atau
kebarat-baratan.
Namun,
saat ini ada pergeseran konsep cantik yang ditawarkan majalah ini. Di samping
model-model barat, ditampilkan juga model-model dengan wajah oriental. Seperti
pada gambar berikut;
Ketiga gambar di atas menunjukkan
wajah-wajah wanita dengan mata sipit dan masih dengan kulit putih namun khas
Asia. Maraknya bintang-bintang Korea bisa jadi merupakan faktor yang mendukung
ditampilkannya model-model ini dalam majalah. Mulai dari gaya rambut sampai
pada model riasan ala Korea menjadi pilihan untuk tampil cantik. Sebagaimana
pendapat Susanthi bahwa populernya K-drama membuat rasa ketertarikan masyarakat
Indonesia terhadap budaya Korea meningkat (Susanthi, 2011). Hal ini tentu dapat dimanfaatkan oleh pihak
majalah untuk mengembangkan sayapnya sehingga dapat menjangkau tidak hanya
pengagum kecantikan ala Eropa namun juga pecinta artis Korea.
Satu
lagi yang tak kalah menariknya, majalah ini juga menampilkan seorang model
dengan mengenakan hijab. Model dengan wajah khas Timur tengah dengan mengenakan
hijab seperti pada gambar berikut,
Ditampilkannya model dengan wajah khas
Timur tengah dan mengenakan hijab ini mewakili tren hijab diantara kaum wanita
muslim. Menurut Nugrahenny, terjadi peningkatan produksi sekaligus konsumsi,
hingga hijab menjadi tren mode (Nugrahenny, 2016).
Pergeseran
konsep cantik yang ada dalam majalah Femina menjadi sebuah strategi pemasaran
yang bertujuan merambah seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, majalah ini
juga melihat dari sisi tren yang sedang terjadi di masyarakat kemudian membuat
penyesuaian dalam penyajian iklan dan juga gambar-gambar pendukung dalam beritanya.
Sebagaimana yang disampaikan Faizah bahwa iklan
merupakan salah satu tayangan media yang menyebarkan kuasa (strategi) tentang
normalisasi tubuh perempuan. Produksi kekuasaan yang terjadi kemudian adalah
munculnya strategi untuk mengembuskan wacana "langsing", "kulit
putih", "rambut hitam lurus dan panjang" yang terus mencuat,
sehingga secara tidak sadar masyarakat menganggap tubuh perempuan yang ideal
dan normal sebagaimana wacana media tersebut (Faizah, 2009).
Dari
uraian di atas dapat disimpukan bahwa majalah online Femina mengalami pergeseran dalam memberikan konsep cantik. Ideologi
cantik yang sebelumnya digambarkan dengan sosok wanita barat atau Eropa saja,
kini ada standar lain yang dapat menjadi pilihan dengan ditampilkannya model-model
dengan wajah oriental khas Korea dan juga wajah khas Timur tengah. Hal itu
dikarenakan adanya tren yang terjadi di masyarakat yaitu maraknya artis – artis
Korea dan tren hijab pada wanita muslim. Namun, dari ketiga bentuk model itu
tetap memberikan konsep cantik yaitu kulit putih, hidung mancung, dan tubuh langsing.
Goenawan,
Felicia. 2007. “Ekonomi Politik Iklan Di Indonesia Terhadap
Konsep Kecantikan”. Jurnal Ilmiah
SCRIPTURA Vol. 1 No.1.
Liana,
Corry. 2016. “Perubahan Konsep Kecantikan Menurut Iklan Kosmetik di Majalah
Femina Tahun 1977-1995”. AVATARA,
e-Journal Pendidikan Sejarah : Volume
4, No. 1 .
Malika,
Ika. Lestari, Sinta Petri. 2018. “Analisis Semiotika Dalam Iklan “Fair And
Lovely” Versi Nikah Atau S2”. Jurnal
Egaliter Vol.1 No.2.
Nugrahenny,
Tourmalina Tri. 2016. “Menyingkap Mekanisme Tanda di Balik Hiperrealitas Tren
Hijab: Analisis Semiotika pada Fenomena Tren Hijab”. Jurnal Komunikasi Indoinesia. Volume 5 No. 1.
SA,
Faizah. 2008. Feminisme Profetik: “Perempuan
dalam Eksploitasi Kapitalisme Modal”. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Sobur,
Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Susanthi,
N. 2011. “Gurita Budaya Populer Korea di Indonesia”. Semantic scholar. Denpasar: ISI Denpasar.
Komentar
Posting Komentar