DINAMIKA BAHASA
Oleh: Pipiet Palestin Amurwani
Dunia pendidikan tidak
pernah kosong dari peran media. Dalam setiap pengajaran di dalam pendidikan
pasti menggunakan media demi kelancaran kegiatan belajar mengajar. Association for Education and Communication
Technology (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang
dipergunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Education
Association (EA) mendefinisikan media sebagai benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen, yang dipergunakan
dengan baik dalam proses belajar
mengajar.
Dalam proses belajar
mengajar peran media sangat penting. Ketidak jelasan bahan ajar akan lebih
mudah diatasi dengan adanya media. Terdapat bermacam-macam media, mulai dari
yang ada di sekitar sampai pada media yang dibuat dengan tekhnologi terkini
misalnya aplikasi komputer ataupun jaringan internet, baik yang visual saja
ataupun audio visual.
Sebagai contoh
penggunaan media dalam proses pembelajaran yaitu pada pembelajaran Bahasa
Inggris SMK. Penggunaan media audio, visual ataupun audio visual sangat
mempermudah peserta didik dalam memahami materi. Dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik sangat dekat dengan istilah-istilah yang ada pada media sosial yang
kebanyakan berbahasa inggris misalnya upload,
download, dll.. Begitu juga dalam pelajaran produktif komputer atau
teknologi informatika, mereka sangat familiar dengan istilah-istilah yang
berbahasa inggris seperti scan, print,
dll. Tanpa disadari para peserta didik telah mengetahui banyak kosakata bahasa
inggris yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari bersama dengan bahasa
Indonesia ataupun bahasa ibu. Istilah-istilah tersebut juga bisa digunakan
dalam pembelajaran Bahasa Inggris untuk membantu mereka memahami materi. Peran
guru sebagai fasilitator dapat mengarahkan pengetahuan peserta didik tersebut
sebagai daya dukung dalam memahami dan menerapkan materi Bahasa Inggris.
Namun begitu,
penggunaan internet sebagai media pembelajaran tidak lepas dari dampak negatif
bagi para peserta didik. Dalam perkembangan
media yang semakin canggih juga memberikan pengaruh bagi perkembangan bahasa
dan budaya.
Seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa media merupakan sarana atau alat yang digunakan
dalam proses pembelajaran guna mempermudah penyampaian dan pemahaman materi.
Secara garis besar media pembelajaran dikelompokkan ke dalam media hasil
teknologi cetak maupun komputer dan media hasil teknologi jaringan internet.
Media yang merupakan hasil teknologi yaitu;
1. Media
hasil teknologi cetak.
2. Media
hasil teknologi audio-visual.
3. Media
hasil teknologi berdasarkan komputer.
4. Media
hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
Dari media-media di atas yang paling
sering digunakan dalam proses belajar mengajar adalah media cetak berupa buku
ataupun modul. Namun. Akhir-akhir ini, seiring dengan berkembangnya teknologi,
media yang berbasis komputer pun sering digunakan karena dianggap lebih menarik
dan representatif dalm bentuk audio, visual ataupun audio-visual. Sebagai
contoh media dalam bentuk slide, video pembelajaran, dan lain sebagainya.
Sedangkan media yang
merupakan hasil teknologi jaringan internet meliputi aplikasi pencarian di
internet seperti google, chrome,
aplikasi terjemahan, you tube, media
sosial seperti facebook, whatsapp,
twitter,dll. Media-media ini pun menjadi sering dimanfaatkan guna menunjang
proses pembelajaran dikarenakan hampir semua siswa memiliki akun-akun tersebut.
Jadi, siswa sangat mahir dalam menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut sehingga
penggunaannya dianggap bisa memudahkan mereka dalam memahami materi. Misalnya dalam materi Bahasa Inggris SMK
kelas XII “Manual Text”, guru meminta siswa mencari contoh ‘manual text’ dan
mengidentifikasi struktur serta tata bahasa yang digunakan. Para siswa secara
spontan berkata,
“cari
di google ya, bu”
“browsing, boleh bu?”
“cari di internet boleh, bu?”
Ujaran siswa di atas membuktikan
bahwa siswa sudah sangat familiar dengan media internet daripada media cetak
seperti koran atau pun majalah. Contoh kasus lain, dalam proses memahami bacaan
berbahasa inggris siswa tidak lagi mau menggunakan kamus dalam bentuk buku
melainkan menggunakan aplikasi terjemahan yang terdapat pada gawai mereka.
Begitu juga dengan guru, keberadaan internet sangat membantu dalam hal
penyediaan bahan ajar dan juga penunjang-penunjangnya, misalnya guru mencari
gambar-gambar atau video-vodeo pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan.
Dari kasus-kasus di
atas, bisa ditentukan ruang lingkup media yang dimaksud dalam makalah ini
adalah media yang merupakan hasil teknologi jaringan internet yang sering
digunakan dalam proses belajar mengajar.
Ada beberapa pengertian
bahasa. Menurut Sturtevent, bahasa adalah sistem lambang sewenang-wenang,
berupa bunyi yang digunakan oleh anggota-anggota suatu kelompok sosial untuk
kerja sama dan saling berhubungan. Keraf mendefinisikan bahasa sebagai alat
komunikasi antara anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan menurut Linda Thomas dan Shan
Wareing dalam Bahasa, Masyarakat dan
Kekuasaan bahasa adalah cara sistematis untuk menggabungkan unit-unit kecil
menjadi unit-unit yang lebih besar
dengan tujuan berkomunikasi.
Dari beberapa
pengertian di atas, ada satu kesamaan tujuan dari bahasa yaitu untuk
berkomunikasi. Komunikasi menjadi kata kunci dari definisi bahasa. Manusia
sebagai makhluk sosial, menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan manusia
yang lain dalam rangka memenuhi hajat hidupnya.
Saat ini Bahasa
Indonesia mengalami perkembangan yang luar biasa. Pengaruh bahasa asing
khususnya bahasa inggris menjadi salah satu faktor pemicunya. Keberadaan bahasa
inggris pada iklan-iklan televisi, media sosial dan internet menjadi hal yang
lumrah bahkan memicu munculnya interferensi kosakata baru pada Bahasa
Indonesia.
Definisi kebudayaan
menurut Clifford Geertz adalah sistem simbol yang terdiri dari simbol-simbol
dan makna-makna yang dimiliki bersama, dan bersifat publik. Senada dengan
pendapat yang disampaikan oleh Claud Levi-Strauss bahwa kebudayaan merupakan
sistem struktur dari simbol-simbol dan makna-makna yang dimiliki bersama, yang
dapat diidentifikasi, dan bersifat publik .
Bisa disimpulkan bahwa
kebudayaan adalah kesepakatan-kesepakatan yang ada di suatu komunitas atau
masyarakat. Kesepekatan-kesepakatan itu
sering terjadi tanpa disengaja pada awalnya. Kemudian menjadi kebiasaan yang
akhirnya membudaya.
Sebagaimana disebutkan
dalam bab pendahuluan bahwa menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari
kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang
subordinatif, di mana bahasa berada di bawah lingkup kebudayaan. Bersama unsur kebudayaan yang lain, bahasa
membangun kebudayaan masyarakat penuturnya.
Masinambouw menyebutkan
dalam Teori Kebudayaan dan Ilmu
Pengetahuan Budaya bahwa bahasa dan
kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kebudayaan adalah
sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, sedangkan bahasa
adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Ini berarti bahwa hubungan antara bahasa dan budaya bersifat koordinatif, yang
artinya bahasa dan budaya mempunyai kedudukan yang sama tinggi atau sederajat.
Dengan demikian, bahasa
dan budaya seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan. Mempelajari
suatu budaya, otomatis akan mempelajari bahasa dari budaya tersebut. Dan
sebaliknya, mempelajari suatu bahasa tidaklah sempurna jika tidak mempelajari
budayanya. Sebagai contoh, jika seseorang ingin mempelajari bahasa Madura, maka
orang tersebut harus tahu bagaimana kebiasaan orang Madura misalnya dalam hal
menyapa. Hal ini dimaksudkan agar proses komunikasi menjadi luwes dan tidak
terjadi salah persepsi di antara penutur. Begitu juga, ketika ada seorang
peneliti yang ingin mempelajari suatu kebudayaan, otomatis peneliti itu harus
bisa atau tahu tentang bahasanya, karena dengan mampu menggunakan bahasa yang
dimiliki oleh budaya tersebut, maka peneliti akan lebih mudah mengetahui lebih
dalam tentang suatu budaya melalui wawancara langsung dengan masyarakatnya
menggunakan bahasa yang dimiliki oleh pemilik budaya tersebut. Masyarakat pun
akan merasa nyaman ketika mereka berbincang dengan orang yang menggunakan
bahasa mereka.
Seperti telah
dijelaskan di atas bahwa media yang dimaksud adalah media hasil teknologi
jaringan internet yang digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. Penggunaannya
yang semakin sering dan intens dilakukan di dunia pendidikan, memberikan dampak
bagi perkembangan bahasa dan otomatis juga mempengaruhi budaya sebagaimana
disampaikan oleh Kuntjaraningrat bahwa bahasa merupakan unsur pembangun budaya.
Betapa
banyak kosakata-kosakata baru yang didapat dari penggunaan media sosial ataupun
aplikasi internet lainnya. Bahkan hanya dalam penggunaan komputer saja dapat
memberikan banyak sumbangan kosakata baru dalam Bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata
baru itu berupa kata-kata berbahasa Inggris yang ada pada computer atau
internet. Seperti terlihat pada ujaran berikut;
Guru :
“Anak-anak,coba cari sebuah teks tentang anekdot.”
Siswa : “browsing
ya, bu…”
Guru :
“boleh”
Siswa : “kalo sudah selesai diupload
kemana, bu?”
Contoh percakapan di atas hanyalah salah
satu contoh dari ujaran-ujaran yang mengandung istilah bahasa Inggris yang
terdapat pada aplikasi internet. Masih banyak lagi kata-kata sejenis yang
sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kata ‘print’, ‘scan’, ‘download’, dan
lain-lain. Padahal Bahasa Indonesia memiliki padanan kata untuk kata-kata
tersebut yaitu ‘cetak’, ‘pindai’ dan ‘ unduh’.
Fenomena
di atas merupakan dinamika bahasa yang terjadi di sekitar kita. Hadirnya
teknologi digital menciptakan pola-pola baru dalam berkomunikasi. Pola
komunikasi yang terjadi di kalangan siswa khususnya adalah seringnya
menggunakan campur kode dalam bahasa Inggris. Hal itu bisa memperkaya kajian
bahasa ataupun memudahkan siswa dalam penggunaan bahasa asing khususnya bahasa
Inggris, namun bisa juga menjadi ancaman bagi Bahasa Indonesia sendiri. Siswa
yang notabene adalah anggota masyarakat merupakan pengguna Bahasa Indonesia
yang dianggap paling sering menggunakan Bahasa Indonesia. Namun, saat ini faktanya
banyak diantara mereka yang menggunakan Bahasa Indonesia dengan cara yang tidak
benar. Hal itu dibuktikan oleh banyak penelitian yang menemukan bahwa
penggunaan Bahasa Indonesia mengalami degradasi. Kompas.com menyatakan bahwa
“penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dari tahun ke tahun mengalami
degradasi” (Kompas.com, 20 Agustus 2009). Jika hal itu dibiarkan tanpa tindakan
pendekatan secara edukasi dan pembiasaan, maka lambat laun pemertahanan Bahasa
Indonesia akan sangat buruk. Siswa yang merupakan generasi penerus bangsa,
lebih nyaman menggunakan bahasa asing daripada bahasanya sendiri yaitu Bahasa
Indonesia. Mereka tidak menyadari bahwa penggunaan kata-kata itu secara terus-menerus
dapat memusnahkan bahasanya sendiri meskipun mungkin dalam kurun waktu yang
lama.
Perkembangan
teknologi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindarkan. Di semua lini
kehidupan dapat dipastikan ada peran teknologi termasuk di dunia pendidikan. Kehadiran
teknologi tersebut memberi banyak manfaat bagi penggunanya. Terdapat banyak
istilah-istilah baru dalam Bahasa Indonesia yang muncul dikarenakan adanya
media internet. Istilah-istilah dalam bahasa asing yang didapat dari media
digital mempengaruhi pola komunikasi antar siswa ataupun antara siswa dan guru.
Pola komunikasi yang digunakan para siswa cenderung menggunakan campur kode
bahasa asing dalam berbahasanya.
Penggunaan media
teknologi juga memberikan dampak yang negatif. Kaum muda lebih sering
menggunakan istilah bahasa asing dari pada Bahasa Indonesia. Dengan demikian,
kehadiran media teknologi berupa internet memberikan dampak positif sekaligus
negatif bagi perkembangan bahasa dan budaya di Indonesia. Hal itu secara tidak
langsung berpengaruh dalam pemertahanan bahasa dan perkembangan budaya.
Diperlukan adanya tindakan yang mengedukasi pemuda agar memiliki sikap bangga
terhadap bahasa dan budayanya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
A. dan Agustina L. 1995. Sosiolinguistik
Suatu Pengantar. Jakarta:Rineka Cipta.
Haryono, A. 2015. Etnografi Komunikasi. Jember:Jember University Press.
Keraf, Gorys. 2005. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Kuntjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Masinambow,EKM.
2010. Hukum dan Kemajemukan Budaya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Thomas,Linda
dan Shan Wareing. 2007. Bahasa,
Masyarakat, dan Kekuasaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wijana,
I.D.P. 2004. “Relasi Bahasa dan Budaya serta Bebagai Permasalahannya”’ dalam Jurnal Semiotika. Volume 5. No.2, Juli
2004. Jember: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Jember. Hal.
106-131.
Komentar
Posting Komentar