KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK: KALIMAT SAKTI AHMAD DAHLAN DALAM KEMAJUAN ORGANISASI MUHAMMADIYAH

Oleh: Pipiet Palestin Amurwani
Abstrak
Bahasa dapat menjadi media untuk menunjukkan sebuah realitas budaya, politik maupun ekonomi. Kepentingan manusia sebagai suatu konteks yang dapat mempengaruhi penggunaan bahasa atau tindakan berbahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekuatan bahasa pada pesan KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri gerakan Muhammadiyah sekaligus Pahlawan Nasional yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan menggunakan teknik  wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui kapan dan di mana pesan itu selalu disampaikan dan bagaimana kehidupan keseharian tokoh-tokoh yang berperan dalam perjuangan Muhammadiyah Tanggul. Teknik wawancara dilakukan kepada orang-orang yang berpengaruh di dalam Muhammadiyah Tanggul. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa bahasa yang secara terus – menerus disampaikan memberikan pengaruh hegemoni bagi masyarakat tuturnya. Namun, bahasa tersebut tidak berdiri sendiri dalam memberikan pengaruhnya. Peran penutur bahasa yaitu para tokoh organisasi juga sangat mempengaruhi efektifitas terserapnya makna dalam bahasa.

Kata Kunci: Antropologi Linguistik, Hegemoni, Pemikiran, Ideologi


PENDAHULUAN
            Segala aspek kehidupan tidak akan pernah bisa lepas dari peran bahasa. Bahasa bukan hanya sebagai media penyampai pesan atau berkomunikasi. Sumber simbolik yang berasal dari tindakan berbahasa tidak semata-mata menjadi realitas independen—terpisah dari lingkungan struktur sosial, budaya, politik, maupun ekonomi tempat tindakan tersebut berlangsung (Duranti, 1997: 3). Ini berarti bahasa juga dapat menjadi media untuk menunjukkan sebuah realitas budaya, politik maupun ekonomi.
            Saat ini penggunaan fungsi bahasa telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Slogan, jargon, kata-kata bijak atau quote seringkali muncul dalam kehidupan sehari-hari baik melalui media elektronik, media cetak ataupun secara langsung terjadi dalam organisasi-organisasi sosial dalam masyarakat. Penggunaan retorika tertentu pun tak jarang dilakukan oleh para praktisi     untuk membius atau memberikan efek persuasif bagi para pemirsanya. Tentu saja munculnya slogan, jargon, kata bijak atau pun penggunaan retorika tersebut tidak akan pernah lepas dari kepentingan penciptanya. Bahasa tidak bisa dipahami tanpa rujukan pada konteks sosial di mana ia digunakan, tetapi konteks sosial tersebut tidak pula terpisah dari praktik berbahasa; secara mutualis keduanya saling mempengaruhi dan saling membentuk satu sama lain (Ahearn, 2011: 8). Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia sebagai suatu konteks yang dapat mempengaruhi penggunaan bahasa atau tindakan berbahasa. Ada sesuatu yang melatarbelakangi munculnya bahasa atau tindakan berbahasa yang dilakukan seseorang.
            Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa peran bahasa baik dalam bentuk slogan, kata bijak ataupun retorika sering muncul dalam organisasi sosial dalam masyarakat. Begitu juga dalam organisasi keagamaan Muhammadiyah. Muhammadiyah merupakan salah satu  organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1911 di Yogyakarta. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Organisasi ini secara rutin melakukan kajian-kajian keagamaan dan juga pembinaan bagi para kadernya. Dalam tulisan ini, penelitian dilakukan di lingkungan Muhammadiyah Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember.
            Terdapat beberapa penelitian sebelumnya berhubungan dengan pesan Ahmad Dahlan diantaranya oleh Shobron (2010) tentang pengkaderan dalam Muhammadiyah yang mengimplementasikan pesan KH. Ahmad Dahlan yaitu dadiyo dokter, dadiyo insinyur, dadiyo guru mbaliko nang Muhammadiyah tetapi tetap untuk Muhammadiyah. Artinya bahwa kader Muhammadiyah harus siap “pulang kandang” untuk mengabdi dan mewujudkan tujuan persyarikatan bersama kader-kader yang lain. Apapun profesinya dan dimanapun bekerja misi dan tujuan Muhammadiyah harus diperjuangkan; Abdullah (2015) menulis tentang riwayat KH. Ahmad Dahlan dan awal berdirinya organisasi Muhammadiyah; Wiranata (2019) tentang pesan KH. Ahmad Dahlan Dadijo  Kjai  sing kemajoen,  adja  kesel  anggonmu nyambut  gawe  kanggo  Muhammadiyah” yang artinya jadilah manusia yang maju dan tidak pernah lelah bekerja untuk Muhammadiyah.
            Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kekuatan bahasa pada pesan KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri gerakan Muhammadiyah sekaligus Pahlawan Nasional yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Pesan itu disampaikan Kiai Dahlan kepada para aktivis awal Muhammadiyah yang sampai saat ini menjadi pengingat betapa Muhammadiyah adalah sebuah organisasi dakwah sosial keagamaan yang membutuhkan keikhlasan untuk beraktivitas di dalamnya. Pesan tersebut sering disampaikan para aktivis di dalam kajian-kajian terutama pada acara Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Bagaimana pengaruh pesan Kiai Dahlan terhadap solidaritas umat di Muhammadiyah Tanggul khususnya dan peran tokoh-tokoh yang berkecimpung di dalamnya merupakan permasalahan yang akan dibahas di dalam tulisan ini.
Metodologi Penelitian
            Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Peneliti menganalisis pengaruh kata-kata yang dipesankan oleh Kiai Dahlan dan peran tokoh yang menjadi pejuang dakwah Muhammadiyah terhadap kemajuan organisasi ini di Kecamatan Tanggul. Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan menggunakan teknik  wawancara. Observasi dilakukan untuk mengetahui kapan dan di mana pesan itu selalu disampaikan dan bagaimana kehidupan keseharian tokoh-tokoh yang berperan dalam perjuangan Muhammadiyah Tanggul. Teknik wawancara dilakukan kepada orang-orang yang berpengaruh di dalam Muhammadiyah Tanggul. Di dalam wawancara tersebut ada tiga pertanyaan yang diajukan yaitu (1) Apa makna pesan Kiai Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”? (2) Dimanakah atau di forum apakah Anda mengucapkan/mendengar  pesan itu? (3) Apa tujuan Anda mengucapkan kalimat itu? Dari wawancara itu peneliti kemudian membuat analisis dan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil Wawancara Tokoh dan Warga Muhammadiyah Tanggul
            Dari hasil wawancara beberapa tokoh Muhammadiyah Tanggul, peneliti membuat kesimpulan atas tiga pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan pertama yaitu “apa makna pesan Kiai Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”?. Para informan memberikan jawaban yang tidak jauh berbeda bahwa berada di dalam Muhammadiyah harus siap berjuang mengembangkan Muhammadiyah dan tidak mengharap imbalan bahkan harus siap berkorban jiwa dan harta dalam memperjuangkan dakwah amal ma’ruf nahi mungkar seperti yang diamanatkan oleh KH. Ahmad Dahlan.
Pada pertanyaan kedua, para informan menjawab bahwa pesan Kiai Dahlan tersebut disampaikan di forum-forum Muhammadiyah terutama di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).   Amal Usaha Muhammadiyah adalah suatu usaha dan media dakwah Persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Amal Usaha Muhammadiyah merupakan milik Persyarikatan dan Persyarikatan sebagai Badan Hukum/Yayasan dari seluruh amal usaha itu. Adapun jenis-jenis Amal Usaha Muhammadiyah yaitu pendidikan, sosial, kesehatan dan ekonomi (Aichsaniar:2017).
Pertanyaan ketiga, “Apakah tujuan Anda mengucapkan kalimat itu?”. Kesimpulan yang dapat ditarik dari jawaban para responden adalah bahwa tujuan diucapkannya kalimat tersebut adalah untuk menguatkan diri sendiri maupun orang lain semangat juang ikhlas karena Allah semata. 
Dari ringkasan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa ada pemahaman yang sama terhadap amanat yang dipesankan Kiai Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah melalui kalimat “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Pemahaman itu terlihat dari hidupnya semangat menghidupkan Amal Usaha Muhammadiyah khususnya di kecamatan Tanggul yang saat ini berkonsentrasi pada pembangunan sekolah-sekolah mulai dari tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) sampai dengan tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama) bahkan saat ini sedang menyelesaikan sebuah Boarding school untuk tingkat SMP.
Kuatnya pengaruh hegemoni melalui bahasa sangat nampak pada fenomena di atas. Bahasa yang disampaikan secara terus-menerus menumbuhkan keyakinan akan kebenaran dibalik bahasa tersebut. Selaras dengan pendapat Williams dan juga Gramsci bahwa hegemoni mengacu pada sistem dinamik dominasi berdasarkan tidak begitu banyak kekerasan atau ancaman kekerasan, atau hanya pada ekonomi control sarana produksi, melainkan pada pengaruh politik, budaya, dan kelembagaan (Williams:1983). Dengan kata lain, hegemoni bekerja secara perlahan tanpa disadari oleh masyarakat obyeknya.
Peran Tokoh Muhammadiyah Tanggul dalam Perjuangan Muhammadiyah
            Pesatnya kemajuan Muhammadiyah di kecamatan Tanggul tidak bisa lepas dari peran para tokoh perintis perjuangan Muhammadiyah. Berdiri pada tahun 1963 dengan tokohnya Khoiri Ismail, Kasmijan, Zakaria, dan Ali Mustajab perkumpulan Muhammadiyah kecamatan Tanggul mengalami perjuangan yang tidak mudah. Minimnya aktivis dakwah di dalam Muhammadiyah sendiri, menjadi kendala dalam perjuangannya.
            Dalam perkembangannya Muhammadiyah mempunya seorang tokoh yang sangat berkontribusi dalam kemajuan Muhammadiyah di kecamatan Tanggul. Tokoh tersebut berinisial HR seorang wirausahawan di bidang industri makanan ringan yang bertempat tinggal di desa Patemon. HR sangat mengutamakan pendidikan anak-anaknya dengan tujuan bisa kembali untuk memajukan Muhammadiyah. Seperti pesan Kiai Dahlan,
“Muhammadiyah sekarang ini, lain dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka, teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan di mana saja. Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah, jadilah mester, insinyur dan lain-lainnya dan kembalilah kepada Muhammadiyah” (KH.Ahmad Dahlan)

Bersama anak-anaknya HR memajukan Muhammadiyah khususnya di bidang pendidikan dengan mendirikan sebuah sekolah dasar. Mereka terjun langsung sebagai tenaga pengajar karena minimnya biaya untuk menggajinya. Lambat laun kepercayaan masyarakat tumbuh. Penelitian ini menunjukkan kesungguhan dan kesederhanaan para aktivis Muhammadiyah tersebut yang dianggap bisa menjaga amanah. Dari situ mulailah muncul donatur-donatur yang menopang keberlangsungan lembaga-lembaga hasil dari Amal Usaha Muhammadiyah. Totalitas dalam melakukan dakwah dan kegiatan sosial pun terlihat pada keluarga tersebut. Hal yang dilakukan oleh para aktivis ini sama dengan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan dalam masa perjuangannya. Kalimat “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” muncul ketika muridnya bertanya mengenai imbalan atas perjuangan mereka dalam mendirikan Muhammadiyah.
“Jadi, kita memang tidak akan mendapat bayaran di Muhammadiyah, Kyai?” Tanya Tamimuddari dan Abdulghany hampir serempak.
Aku tersenyum sebelum berkata, Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” (Dahlan: 2017 (312-313)

Kalimat itu kembali diucapkan ketika Kyai Dahlan menderita sakit disuainya yang semakin tua.
“Usia manusia itu sudah ada yang menentukan, Nyai. Tidak seorang pun di dunia ini yang hidup abadi. Karena itu, jika aku meninggal nanti, janganlah kalian menangisi kepergianku. Janganlah kalian saling berebut untuk menguasai peninggalanku. Karena aku tidak punya apa-apa yang bisa kuwariskan kepada kalian. Aku hanya punya Muhammadiyah yang aku tinggalkan untuk kalian. Pesanku, Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah. (Dahlan: 2017 (405))

 Keterbukaan dalam organisasi juga menjadi salah satu faktor yang mendukung besarnya organisasi ini. Semua dana yang masuk dan yang digunakan pembangunan dipaparkan secara transparan. Pengurus yang terlibat di AUM pun lebih dari satu orang yang saling berkoordinasi.
Paparan di atas membuktikan bahwa bahasa tidak berfungsi dengan sendirinya tapi juga ada pengaruh dari siapa yang menuturkannya. Para aktivis yang dijelaskan merupakan subyek atau sebagai aktor sosial dari tuturan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah”, yang karakteristik mereka menjadi pertimbangan tersendiri bagi mitra tutur atau penerima pesan tersebut. Sebagaimana pendapat Duranti bahwa sumber simbolik yang berasal dari tindakan berbahasa tidak semata-mata menjadi realitas independen atau terpisah dari lingkungan struktur sosial, budaya, politik, maupun ekonomi tempat tindakan tersebut berlangsung (Duranti,1997:3). Makna dari kalimat “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” bisa dipahami dari konteks sosial yang diperankan oleh para aktivis sosial dan dakwah Muhammadiyah Tanggul. Ada semacam hubungan saling menguntungkan antara bahasa dan aktor sosial yang menggunakannya. Ahearn mengatakan bahwa esensi bahasa tidak bisa dipahami tanpa rujukan pada konteks sosial di mana ia digunakan, tetapi konteks sosial tersebut tidak pula terpisah dari praktik berbahasa; secara mutualis keduanya saling mempengaruhi dan saling membentuk satu sama lain (Ahearn, 2012:8).
Kesimpulan
            Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa bahasa memiliki kekuatan dalam suatu kelompok sosial. Bahasa yang secara terus – menerus disampaikan memberikan pengaruh hegemoni bagi masyarakat tuturnya. Namun, bahasa tersebut tidak berdiri sendiri dalam memberikan pengaruhnya. Peran penutur bahasa yaitu para tokoh organisasi juga sangat mempengaruhi efektifitas terserapnya makna dalam bahasa.
Daftar Pustaka
Buku
Ahearn, Laura, M. 2012. Living Language: An Introduction to Linguistic Anthropology. West Sussex (UK): Willey-Blackwell.

Duranti,  A. 1997. Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.

Musyafa, Haidar. 2017. Dahlan. Tangerang: PT Kaurama Buana Antara.

Williams, R. 1983. Keywords: A Vocabulary of Culture and Society, rev. edn. New York: Oxford University Press.

Artikel
Abdullah, Nafilah. 2015. K.H. Ahmad Dahlan ( Muhammad Darwis). Jurnal Ilmiah Sosiologi Agama, 9(1).

Shobron, Sudarno. 2010. Muhammadiyah dan Strategi Transformasi Kader. Tajdida, 8(2):142.

Wiranata, Ricky Satria. 2019. Konsep Pendidikan Karakter Kh Ahmad Dahlan dalam Perspektif Tokoh Muhammadiyah. Saliha|Jurnal Agama Islam dan Ilmu Pendidikan:110.

Internet


Komentar

Postingan populer dari blog ini

128 Tahun BRI Tumbuh Hebat dan Kuat

Kasih Ibu Segera Sampai dengan JNE Super Speed

Whatsapp Menjadi Pilihan Guru